**********************
“seandainya saja”, dia bergumam lirih, “aku bisa bersamamu”.
lalu dia tercekat, tertunduk dalam. Jemari telunjuknya bergerak
memukul-mukul lututnya. Ku lirik sekilas, setitik bening berkilau nyaris terjatuh
dari sudut matanya.
Sore menikuk tajam, temaram berbalut rinai hujan, disapu desauan
daun, di antara bising kendaraan lalu lalang
Wajahnya terangkat pelan, menatapku sayu.
“aku mencintaimu, sangat mencintaimu” paparnya sendu. “kenapa
engkau tak membiarkanku bersamamu, seperti mereka yang saling mencintai”
Aku menundukkan wajah terdalam, jengah pada tatapan matanya yang
penuh pengharapan. Merapatkan duduk pada sahabat berkerudung hijau yang menemaniku
menemui kunjungannya.
“ketahuilah”, bisikku
lirih.
“ada orang yang dengannya mungkin saja belum pernah sekalipun
aku bertemu, tapi cinta dan rinduku melebihi segala rasa yang kumiliki”
“rindu yang ada untuk cinta yang terpisah jarak dan waktu, dan kami
adalah dua insan yang dirundung rindu. Seperti sepasang mata ini, terpisah
jarak tapi selalu memandang ke arah yang sama, menangis bersama, terpicing
bersama saat tersilau cahaya, meriyip bersama saat bibir menyunggingkan senyum.”
Begitulah rindu kami.
“dan aku”, lanjutku perlahan
“tak sabar menunggu waktu bertemu dengannya dalam kehalalan,
untuk mengatakan. Aku mencintaimu karena Allah”
Dia terhenyak, sekilas terlihat sudut matanya membasah.
“kamu hanya perlu menungguku 2 tahun lagi, saat studiku usai. Segera
kucari jalan untuk menafkahi hidup kita” pintanya sendu
“dan yakinkah engkau, aku masih hidup hingga esok?” tanyaku
membuatnya terhenyak.
“aku tidak mau tenggelam dalam kesiaan, 2 tahun itu panjang. Bagaimana
saling menjaga hati?.”
“tapi...” sergahnya yang kuputus dengan kalimat tegasku.
“tapi aku berterimakasih kamu telah mencintaiku. Dan untuk kamu
tahu, cintaku hanya untuk yang halal bagiku, maaf kami masuk dulu, assalamu'alaikum”
Kugamit lengan sahabatku yang berjilbab hijau untuk berdiri, dan
berpamit masuk ke kontrakan kami.
“terimakasih de’, rindu ini melambung tinggi dalam doa-doa tulus
dan rahasia. Untuknya entah siapa yang tercipta untuk menjadi imamku”
“aamiin” lirihnya dengan tangan bertengadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar