Jumat, 12 Agustus 2011

Astaghfirullohal 'adziim...... keduluan (lagi)

sembilan pagi..... Selasa, hari ke 28 bulan enam dua kosong sebelas.

panas sudah menyengat, tapi tetap harus berangkat dengan seperangkat berkas yang nyaris sepekan ini ku kerjakan.....
sejenak manasin si onta putih, sambil mempersiapkan seperangkat perlengkapan berkendara. Sarung tangan, helm, masker kuletakkan di atas sadel sambil menunggu si onta siap bergerak.

Setelah si onta siap dan berpamitan sama bunda dan adik-adik, akupun meluncur. Belum seratus meter bergerak, sudah memicingkan mata. wuihhh, debu si musuh bebuyutanku yang di hempas oleh roda truk di depan, menerpa wajahku yang belum sempurna tertutup kaca helm. Sedikit menambah kecepatan untuk mendahului si kotak raksasa itu, karena kalau tidak aku akan tersiksa berkilo-kilo meter menghirup udara bercampur debu. Jalanan di rumahku memang ruarr biasa, bolong-bolong ndak karuan. Kalau musim hujan bahkan sering terjebak di kubangan, sulit sekali membedakan mana yang lubang dan mana yang tidak, karena semuanya tertutup air. Ah, tapi bukan tentang ini yang ingin ku bagi.

Aku meneruskan perjalanan ke utara, hingga tiba di sebuah perempatan harus berhenti karena tertahan lampu lalu-lintas yang menyala merah. Dalam pemberhentian itu dari jauh agak ke kiri di jalur yang berbeda denganku, aku melihat seorang kakek sedang panik berdiri di tengah jalan. Sepertinya dia mau menyeberang ke arah utara tapi terhalang oleh kendaraan yang berlalu lalang tanpa mengurangi kecepatannya. Aku terhenyak, ingin segera menolong beliau tapi traffic light menghalangi lajuku. Kalu aku berbelok ke kiri, pasti polisi yang duduk di depan POS sebelah kananku meniup peluitnya. Duhh, kasihan bener si kakek. Dalam hati aku berdoa "Robb, lindungi beliau". Lalu tiba2 lampu menyala hijau. Aku langsung tancap gas ke arah kiri, kemudian berhenti dan memarkir ontaku di pinggir jalan. Sesaat setelah si onta aman, aku membalikkan badan, dan apa yang ku lihat?????

Sebuah mobil innova perak, berhenti dengan posisi yang agak miring tepat di sisi kiri kakek. Menghalangi laju semua kendaraan dari arah barat ke timur. Sopirnya masih muda, berkulit putih dan bermata sipit, sambil tersenyum tulus melambaikan tangan ke arah kakek dan mempersilahkan kakek itu untuk menyeberang. Si kakekpun bisa menyeberang dengan aman dan santai ke arah utara.

Duhhh, keduluan lagi. Semoga Alloh mengampuniku, yang tak bergegas semenjak tadi. Ngiri sama si sopir muda yang baik hati, dan menyesalkan banyak orang yg berlalu lalang tanpa perasaan. Potret 'matinya' empati..... astaghfirullohal'adziim.

aku melanjutkan perjalanan dengan gemuruh sesak di benak....

.............................................................................................................................................

Tidak ada komentar: